Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh

Kamis, 04 April 2013

CERNAK


Kado Istimewa untuk Lia
          Keluarga itu kelihatan harmonis lengkap dengan dua anak manis yang selalu patuh kepada orangtua. Anak pertama dari pasangan suami istri pak Andi dan Bu Sari adalah perempuan cantik, manis, berambut panjang dan sekarang duduk di kelas 6 SD. Sedangkan adiknya, Rini panggilannya masih duduk di kelas 1 SD. Pak Andi bekerja sebagai satpam di salah satu pabrik di dekat rumahnya. Bu Sari hanya sebagai ibu rumah tangga tetapi mempunya kesibukan dengan membuka jasa catering. Hitung-hitung menambah penghasilan keluarga mereka.
          Minggu pagi meskipun sekolah libur, Lia tidak bermalas-malasan untuk bangun. Dia sudah membantu ibunya di dapur.
“Nak … bolehkah Ibu minta tolong?,” pinta Ibu.
“Tentu boleh lah buk? Ibu minta tolong apa?,” jawab Lia.
“Kamu pergi ke pasar ya? Ibu lupa kemarin tidak beli kentang, padahal ada pesanan catering buat nanti sore. Bisa kan nak?,”ucap Ibu.
“Berapa kilogram Buk?,” Tanya Lia.
“2kg Nak?,”jawab Ibu.
“Apalagi Buk? Apa cuma kentang doang?, ” tambah Lia.
“Itu saja, cuma kentang doang yang lupa kok.,” jawab Ibu sambil memberikan uang belanja.
          Seraya mengambil tas keranjang, Rini merengek pada kakaknya.
 “Kak Aku ikut ke pasar ya?,”rayu Rini.
“Kamu di rumah saja, bantuin Ibuk.,” jawab Lia
“Yah … kakak gitu sih.,” tambah Rini (menampakkan muka cemberut).
Lia kemudian bergegas keluar menuju ke Pasar. Dalam perjalanan, dalam hatinya berkata, “ andai saja Aku punya sepeda pasti ke pasarnya tidak memakan waktu yang banyak. Hmmmm … tetapi syukurlah tuhan masih memberiku dua kaki untuk berjalan. Alhamdulillah…. “
          Sesampainya di Pasar, Lia menuju ke penjual kentang.
“Ibuk … 1kgnya kentang ini berapa?,” Tanya Lia (sambil menunjuk kentang).
“Rp 10.000,00 Nak …?,” jawab penjual.
Tanpa menawar Lia membeli 2kg kentang, dan beruntungnya si penjual kentang memberikan beberapa wortel untuknya, sebab Bu Sari berlangganan tetap membeli sayuran di tempat Ibu itu.
          Perjalanan pulang menuju ke Rumah, Lia bertemu dengan Ibu-Ibu renta sedang duduk menanti belas kasihan. Tanpa berpikir panjang Lia menghampiri Ibu renta tersebut.
“Ibuk… sedang apa di sini? Panas lho Buk?,” Tanya Lia.
“Ibuk lapar Nak, belum makan…,” jawab Ibu renta.
“Baiklah Ibu berteduh dulu, nanti Lia bawakan makanan untuk Ibuk.”, ucap Lia (sambil memindahkan Ibu renta di tempat yang teduh), kemudian menuju ke WARTEG.
Beberapa menit kemudian Lia datang dengan membawa sebungkus nasi uduk dan sebungkus teh hangat. 
“Ibuk? Ini ada nasi dan sebungkus teh hangat, sedikit bisa meringankan rasa lapar Ibuk.,” kata Lia.
“Maap ya buk tidak bisa menemani makan.,”tambah Lia.
                                                ******************
          “Assalamualaikum …,“ Lia mengucap salam.
“Waalaikumsalam …, “ jawab Ibu (dengan nada keras).
“Maap ya Buk? Nunggu lama, tadi di jalan bertemu dengan ibu renta, dia kelaparan buk?,” papar Lia.
“Terus?...,” saut Ibu Sari.
“Ibuk marah ya? Aku tadi juga membelikan nasi dan the hangat untuk Ibu renta tadi.,” tambah Lia.
“Ya sudah … tolong kentangnya dikupas.,” ucap Ibu sambil tersenyum.
“Hmmmm … Alhamdulillah Ibu tidak marah.,” dalam hati Lia.
          Pukul 17.00 WIB semua pekerjaan Ibu Sari telah selesai. Tinggal mengantarkan perkedel, pesanan tetangga sebelah.
“Rini…?,” teriak Ibu.
“Ya buk?,” jawab Rini (menghampiri Ibunya).
“Diantar perkedelnya ya Nak…? Ke tetangga sebelah.,” pinta Ibu.
“Tapi buk… biasanya kak Lia kan?,” ucap Rini.
“Husssshhh … kasihan kakakmu, kecapekan. Kita hidup di masyarakat dan di keluarga harus tolong menolong.,” tutur Ibu.
“Baiklah Buk…,” jawab Rini nurut.
                                                ***************
          Dinginya malam begitu menusuk badan. Memang waktu yang tepat untuk bermimpi di atas kasur. Begitu halnya dengan Lia, dia sudah terkapar di ruang tamu. Melihat anaknya terkapar tanpa sadar, Bu sari menyuruh suaminya (Bapaknya Lia) untuk memindahkannya ke kamar.
“Pak, lihat anakmu pasti kecapekan. Tolong pindahkan ke kamarnya.,” pinta Ibu.
“Ya Bu…,” jawab Pak Andi.
Setelah dari kamar Lia, suami istri itu berbincang-bincang di luar sambil menikmati hangatnya kopi.
“Pak sebenarnya Ibu kasihan dengan Lia. Ibu tahu sebenarnya dia capek sekali, tetapi tidak pernah mengeluh.,” cerita Ibu.
“Iya Bapak juga menyadari akan hal itu.,” tambah pak Andi. 
“Bagaimana kalau kita belikan sepeda baru buat Lia pak?,” usul Ibu.
“Ide yang bagus buk… kebetulan bapak mendapat gaji lemburan.,” tambah Pak Andi.
          Jam dinding menunjukkan pukul 6:30 WIB, Lia bersiap-siap untuk berangkat ke Sekolah.
“Dik..? cepat sedikit nanti kita telat lho?,” gelak Lia.
“Sabar ah Kak? Sebentar lagi, ini rini lagi nyari buku PR. Padahal tadi malam ada lho?,” ucap Rini.
“Makanya kalau habis belajar langsung dirapihin.”, tambah Lia.
“Kakak sih bisanya marah-marah melulu.,” gerutu Rini.
“Yeee… siapa yang marah. Kakak Cuma nasehati kamu kok.,” ucap Lia.
Lia kemudian berangkat Sekolah tanpa adiknya.
         
Sementara itu di dapur.
“Ini bukunya siapa? Bukunya Rini pasti. Ya kan?,” tebak Bu Sari.
“Ya Buk…!,” teriak Rini.
Rini kemudian menuju dapur dan mengambil bukunya.
“Terima kasih buk? Rini pergi sekolah dulu buk. Assalamualaikum ….,” tambah Rini.
“Waalaikumsalam ….,” jawab Bu Sari.
          Sesuai kesepakatan tadi malam, pagi ini Ibu Sari dan Pak Andi pergi ke toko sepeda untuk memebeli sepeda. Warna pink dengan corak Hello Kitty menjadi pilihan mereka.
Alhamdulillahnya mereka sudah sampai di rumah terlebih dahulu dari pada Lia. Dan saat Lia dan Rini tiba di rumah. Surprise…..!
“Wah sepeda baru buat Rini ya pak?... buk?,” ucap riang Rini.
“Bukan..! ini sepeda buat Lia Rin…, ”ucap Bu Sari.
“Yaaaahhh….! Tak kirain buat Aku.,” tambah Rini cemberut.
“Boleh kok dik, kalau kamu mau pakai juga silahkan.,” kata Lia.
“Terimakasih pak.. buk.. sudah membelikan sepeda buat Lia. Memang lia juga sebenarnya menginginkan sepeda,” tambah Lia.
“Bapak dan ibu juga berterima kasih, karena kamu telah raji membantu Ibumu.,” kata Bapak.
“kalau begitu Aku akan rajin membantu ibu ah. Agar kelak Aku juga dibelikan sepeda.,” kata Rini mengharap.
Bapak, ibu dan Lia tertawa geli mendengar perkataan tersebut.

(Latihan membuat Cernak)

Sadar Kesehatan


Kesehatan tentunya menjadi dambaan setiap orang. Tidak ada manusia yang ingin sakit. Seperti halnya pepatah “lebih baik mencegah dari pada mengobati”. Maksud dari pepatah tersebut adalah lebih baik mencegah timbulnya penyakit yang bisa menyerang tubuh kita, dari pada harus mengobatinya. Berbicara mengenai soal “mengobati”, pasti terkait dengan uang. Sebab mengobati suatu penyakit sudah sewajarnya dengan pengobatan. Baik melalui pengobatan medis ataupun pengobatan tradisional. Hal tersebut membutuhkan uang. Dari pada uang yang kita tabung dibuang untuk pengobatan, lebih baik digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat.
            Bagi Mahasiswa sekarang ini, mereka kurang begitu memperhatikan yang namanya kesehatan. Kemungkinan besar karena mereka disibukkan oleh kegiatan di Kampus maupun di luar Kampus. Terutamanya yang dikorbankan adalah pola makan yang tidak teratur. Terlebih jika Mahasiswa ada jadwal kuliah pukul 07.00 WIB. Kenyataannya banyak dari mereka tidak sempat sarapan pagi. Hal tersebut tentunya sudah menjadi kebiasaan bagi mereka.  Padahal dinding lambung membutuhkan makanan untuk dicerna. Apabila lambung tidak ada makanan yang dicerna, menyebabkan dinding-dindingnya menjadi lengket. Timbullah penyakit magh, dengan gejala-gejala seperti pusing, perut terasa sakit.
            Biasanya kalau sudah mengalami suatu penyakit, barulah mereka sadar akan kesehatan. Padahal dengan kita sudah jatuh sakit, akan muncul beban lagi yang lebih banyak. Kuliah menjadi terbengkalai dan tugas-tugas menumpuk. Tidak hanya itu saja, dikala kita jatuh sakit, orangtua juga merasa terbebani dan khawatir. Beban materi dan juga beban psikis. Dilihat dari beban materi, bagi mereka yang mempunyai orangtua kaya, masalah uang memang tidak menjadi masalah, tetapi lain halnya bagi mereka yang hidup dari ekonomi lemah. Uang sangat berarti dan untuk mendapatkannya saja membutuhkan usaha yang keras. Kemudian dilihat dari beban psikis, orangtua pasti khawatir dan takut. Sebab, kondisinya jarak jauh dengan anak (anak ngekos).
            Sebenarnya penyakit magh itu bisa kita cegah, yaitu dengan menjaga kesehatan diri kita sendiri secara baik. Dimulai dengan mengatur pola makan kita. Apabila memang tidak ada waktu untuk sarapan, kita bisa menggantinya dengan hal yang cepat dan praktis. Seperti dengan makan sereal ataupun makan roti walaupun hanya sepotong. Bisa juga dengan minum susu. Meskipun cara cepat dan praktis tadi hanya memberikan tenaga yang bersifat sementara, tetapi setidaknya bisa mengganjal perut yang kosong. Akan lebih baik lagi meluangkan waktu untuk sarapan.

Nielala Lala Nil (Semarang, 2/03/2013)