Kado Istimewa untuk Lia
Keluarga itu kelihatan harmonis
lengkap dengan dua anak manis yang selalu patuh kepada orangtua. Anak pertama
dari pasangan suami istri pak Andi dan Bu Sari adalah perempuan cantik, manis,
berambut panjang dan sekarang duduk di kelas 6 SD. Sedangkan adiknya, Rini
panggilannya masih duduk di kelas 1 SD. Pak Andi bekerja sebagai satpam di
salah satu pabrik di dekat rumahnya. Bu Sari hanya sebagai ibu rumah tangga
tetapi mempunya kesibukan dengan membuka jasa catering. Hitung-hitung menambah penghasilan keluarga mereka.
Minggu pagi meskipun sekolah libur, Lia
tidak bermalas-malasan untuk bangun. Dia sudah membantu ibunya di dapur.
“Nak
… bolehkah Ibu minta tolong?,” pinta Ibu.
“Tentu
boleh lah buk? Ibu minta tolong apa?,” jawab Lia.
“Kamu
pergi ke pasar ya? Ibu lupa kemarin tidak beli kentang, padahal ada pesanan
catering buat nanti sore. Bisa kan nak?,”ucap Ibu.
“Berapa
kilogram Buk?,” Tanya Lia.
“2kg
Nak?,”jawab Ibu.
“Apalagi
Buk? Apa cuma kentang doang?, ” tambah Lia.
“Itu
saja, cuma kentang doang yang lupa kok.,” jawab Ibu sambil memberikan uang
belanja.
Seraya mengambil tas keranjang, Rini
merengek pada kakaknya.
“Kak Aku ikut ke pasar ya?,”rayu Rini.
“Kamu
di rumah saja, bantuin Ibuk.,” jawab Lia
“Yah
… kakak gitu sih.,” tambah Rini (menampakkan muka cemberut).
Lia
kemudian bergegas keluar menuju ke Pasar. Dalam perjalanan, dalam hatinya
berkata, “ andai saja Aku punya sepeda pasti ke pasarnya tidak memakan waktu
yang banyak. Hmmmm … tetapi syukurlah tuhan masih memberiku dua kaki untuk
berjalan. Alhamdulillah…. “
Sesampainya di Pasar, Lia menuju ke
penjual kentang.
“Ibuk
… 1kgnya kentang ini berapa?,” Tanya Lia (sambil menunjuk kentang).
“Rp
10.000,00 Nak …?,” jawab penjual.
Tanpa
menawar Lia membeli 2kg kentang, dan beruntungnya si penjual kentang memberikan
beberapa wortel untuknya, sebab Bu Sari berlangganan tetap membeli sayuran di
tempat Ibu itu.
Perjalanan pulang menuju ke Rumah, Lia
bertemu dengan Ibu-Ibu renta sedang duduk menanti belas kasihan. Tanpa berpikir
panjang Lia menghampiri Ibu renta tersebut.
“Ibuk…
sedang apa di sini? Panas lho Buk?,” Tanya Lia.
“Ibuk
lapar Nak, belum makan…,” jawab Ibu renta.
“Baiklah
Ibu berteduh dulu, nanti Lia bawakan makanan untuk Ibuk.”, ucap Lia (sambil
memindahkan Ibu renta di tempat yang teduh), kemudian menuju ke WARTEG.
Beberapa
menit kemudian Lia datang dengan membawa sebungkus nasi uduk dan sebungkus teh
hangat.
“Ibuk?
Ini ada nasi dan sebungkus teh hangat, sedikit bisa meringankan rasa lapar
Ibuk.,” kata Lia.
“Maap
ya buk tidak bisa menemani makan.,”tambah Lia.
******************
“Assalamualaikum …,“ Lia mengucap
salam.
“Waalaikumsalam
…, “ jawab Ibu (dengan nada keras).
“Maap
ya Buk? Nunggu lama, tadi di jalan bertemu dengan ibu renta, dia kelaparan
buk?,” papar Lia.
“Terus?...,”
saut Ibu Sari.
“Ibuk
marah ya? Aku tadi juga membelikan nasi dan the hangat untuk Ibu renta tadi.,” tambah
Lia.
“Ya
sudah … tolong kentangnya dikupas.,” ucap Ibu sambil tersenyum.
“Hmmmm
… Alhamdulillah Ibu tidak marah.,” dalam hati Lia.
Pukul 17.00 WIB semua pekerjaan Ibu
Sari telah selesai. Tinggal mengantarkan perkedel, pesanan tetangga sebelah.
“Rini…?,”
teriak Ibu.
“Ya
buk?,” jawab Rini (menghampiri Ibunya).
“Diantar
perkedelnya ya Nak…? Ke tetangga sebelah.,” pinta Ibu.
“Tapi
buk… biasanya kak Lia kan?,” ucap Rini.
“Husssshhh
… kasihan kakakmu, kecapekan. Kita hidup di masyarakat dan di keluarga harus
tolong menolong.,” tutur Ibu.
“Baiklah
Buk…,” jawab Rini nurut.
***************
Dinginya malam begitu menusuk badan.
Memang waktu yang tepat untuk bermimpi di atas kasur. Begitu halnya dengan Lia,
dia sudah terkapar di ruang tamu. Melihat anaknya terkapar tanpa sadar, Bu sari
menyuruh suaminya (Bapaknya Lia) untuk memindahkannya ke kamar.
“Pak,
lihat anakmu pasti kecapekan. Tolong pindahkan ke kamarnya.,” pinta Ibu.
“Ya
Bu…,” jawab Pak Andi.
Setelah
dari kamar Lia, suami istri itu berbincang-bincang di luar sambil menikmati
hangatnya kopi.
“Pak
sebenarnya Ibu kasihan dengan Lia. Ibu tahu sebenarnya dia capek sekali, tetapi
tidak pernah mengeluh.,” cerita Ibu.
“Iya
Bapak juga menyadari akan hal itu.,” tambah pak Andi.
“Bagaimana
kalau kita belikan sepeda baru buat Lia pak?,” usul Ibu.
“Ide
yang bagus buk… kebetulan bapak mendapat gaji lemburan.,” tambah Pak Andi.
Jam dinding menunjukkan pukul 6:30
WIB, Lia bersiap-siap untuk berangkat ke Sekolah.
“Dik..?
cepat sedikit nanti kita telat lho?,” gelak Lia.
“Sabar
ah Kak? Sebentar lagi, ini rini lagi nyari buku PR. Padahal tadi malam ada
lho?,” ucap Rini.
“Makanya
kalau habis belajar langsung dirapihin.”, tambah Lia.
“Kakak
sih bisanya marah-marah melulu.,” gerutu Rini.
“Yeee…
siapa yang marah. Kakak Cuma nasehati kamu kok.,” ucap Lia.
Lia
kemudian berangkat Sekolah tanpa adiknya.
Sementara
itu di dapur.
“Ini
bukunya siapa? Bukunya Rini pasti. Ya kan?,” tebak Bu Sari.
“Ya
Buk…!,” teriak Rini.
Rini
kemudian menuju dapur dan mengambil bukunya.
“Terima
kasih buk? Rini pergi sekolah dulu buk. Assalamualaikum ….,” tambah Rini.
“Waalaikumsalam
….,” jawab Bu Sari.
Sesuai kesepakatan tadi malam, pagi
ini Ibu Sari dan Pak Andi pergi ke toko sepeda untuk memebeli sepeda. Warna
pink dengan corak Hello Kitty menjadi pilihan mereka.
Alhamdulillahnya
mereka sudah sampai di rumah terlebih dahulu dari pada Lia. Dan saat Lia dan
Rini tiba di rumah. Surprise…..!
“Wah
sepeda baru buat Rini ya pak?... buk?,” ucap riang Rini.
“Bukan..!
ini sepeda buat Lia Rin…, ”ucap Bu Sari.
“Yaaaahhh….!
Tak kirain buat Aku.,” tambah Rini cemberut.
“Boleh
kok dik, kalau kamu mau pakai juga silahkan.,” kata Lia.
“Terimakasih
pak.. buk.. sudah membelikan sepeda buat Lia. Memang lia juga sebenarnya
menginginkan sepeda,” tambah Lia.
“Bapak
dan ibu juga berterima kasih, karena kamu telah raji membantu Ibumu.,” kata
Bapak.
“kalau
begitu Aku akan rajin membantu ibu ah. Agar kelak Aku juga dibelikan sepeda.,”
kata Rini mengharap.
Bapak,
ibu dan Lia tertawa geli mendengar perkataan tersebut.
(Latihan membuat Cernak)